Jumat, 13 Februari 2009

Sebuah Renungan

“Born to be loser ??

or

To overcome hardships, beginning the bigger!!”

Sudah sekian lama pertanyaan itu mulai mengganguku lagi. Siapa diriku sebenarnya? Manusia lahir tanpa potensi kebaikan..selalu mengikuti aliran air tanpa berusaha membuat arusnya sendiri,.tanpa menambah kecepatan mengalir,.larut..memang bener-bener larut dalam air itu bahkan seandainya air itu dimasuki tahi kebo pun ikut hanyut juga. Kesulitan demi kesuliatan silih berganti seperti bolot dibadan yang tak mau hilang.

Mulai waktu kecil tidak punya sedikitpun barang mainan hanya dapat mengumpulkan mainan bekas dari tetangga yang sudah jelek, rusak, atau gratisan. Sering diejek kawan-kawan karena sama sekali tidak mahir dalam hal apapun, main entek-patil lele selalu kalah, kalo sepak bola dalam tim ada saya jadi kalah, kasti, voli, dalam setiap permainan yang dalam tim selalu aja tersingkir. Walaupun prestasi akademisku paling bagus dengan selalu menjadi juara satu tapi itu justru menjadikanku dijauhi kawan-kawan.

Trauma keluarga atas kekerasan yang terjadi dirumah menjadikanku menjadi sosok yang pendiam. Kasih sayang keluarga yang selalu didapatkan anak-anak seusiaku tidak atau jarang ku dapatkan. Sehingga dalam masa kanak itu ada dan bahkan sampai sekarang dewasa ku alami penyakit jiwa dengan gejala sering bicara sendiri membayangkan sesuatu kejadian bahkan kadang terbawa dalam gerakan fisik. Ku tak tahu istilah dalam kejiwaannya.

Menginjak SMP prestasiku tidak turun-turun artinya bakalan dijauhi sama teman-teman lagi. Untungnya pada waktu itu keaktifanku dipramuka melatihku menjadi lebih bisa mandiri, percaya diri dan tangguh. Namun sama saja sering setiap ngobrol dengan teman selalu aja tidak ada yang enak dan menjadi sahabat tempat bermain dan berkumpul. Ku menjadi anak yang kaku dan penyendiri walaupun tidak jarang guyon dengan kawan namun itu kaku tidak ada curhat dan hubungan yang lebih emosionil, kaku.

Menginjak masa SMU rupanya bolot ini belum juga ilang. Ketidak mampuanku untuk menjalin teman dan menjaganya sungguh tragis.Dimasa SMU ini kalo ku ingat sekarang tidak ada teman yang dekat denganku kecuali hadi. Masa SMU kata orang masa indah ternyata belum kurasakan..walaupun sekolah SMU pada masa itu pikiranku tidak pernah di sekolah tapi di pondok kidul kalen pak mis. Pada umur itu ku habiskan semua kegersanganku akan ilmu agama di pondok gubug itu. Karenanya teman SMUpun tak juga ku peroleh. Kawan dekat, kawan bermain, kawan yang lebih emosionil.

Kesalahan terbesarku disini kawan, pada masa-masa orang sangat membutuhkan perhatian masa menginjak dewasa tidak ada satu orang yang dekat tempat curhat dan menggungkapkan keluh kesah. Pelajaran pertama, anak-anakmu, adik-adikmu, pada masa-masa puber perhatikan, dengarkan dan bicaralah jadilah “TEMAN”. Kedua, jangan pernah berpikir kamu sendirian di dunia ini, begitu banyak hal yang berharga, pengalaman hidup terbuang sia-sia, tanpa bisa dibagi, karena itu keluarlah dari sarang-mu, jadilah teman, dan SHARE pada dunia.

……………………………

Penggalan kisah kawan lamaku ini, si boy , adalah penggalan kisah sejuta makna karena…ia sekarang…saat ini…telah menjadi “ORANG BESAR”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar